06 June 2016

Muhasabah Diri : Keutamaan Memberi Hutang dan Menangguhkannya (Ramadhan Hari 1)

Kenapa memberi hutang kepada orang yang berhajat, tidak mampu dan memerlukan pertolongan lebih besar ganjarannya daripada bersedekah?

Orang yang ingin berhutang dan meminjam kebanyakannya adalah untuk keperluan hidupnya bukan semata-mata kemahuan. Manakala, yang meminta sedekah hanya ingin mencukupkan keperluan hidupnya. Tiada orang yang akan menjatuhkan maruah dirinya dengan meminta hutang dari orang lain melainkan ia berada dalam keadaan yang benar-benar sempit. Sabda Nabi SAW:

“Pada malam aku diisra’kan (Mikraj) aku melihat tulisan di atas pintu syurga, ‘Pahala sedekah ialah 10 kali ganda dan pahala memberi hutang ialah 18 kali ganda‘. Aku bertanya Jibril kenapa memberi hutang lebih banyak pahalanya daripada sedekah? Jawabnya, kerana orang yang meminta sedekah dalam keadaan meminta sedangkan dia mempunyai harta. Sedangkan orang yang meminta pinjaman tidak akan meminta pinjaman kecuali kerana sesuatu keperluan” (Hadis Riwayat Ibn Majah dan Baihaqi)

Walaubagaimanapun, di zaman ini, ramai yang berhutang semata-mata untuk memenuhi kemahuan nafsu dan bukannya untuk keperluan hidup. Berhutang untuk membeli kereta baru, emas, rumah baru, berhutang pada musim perayaan dan sebagainya adalah sesuatu yang saya anggap, menjerat leher sendiri untuk menambahkan hutang yang jahat. Akhirnya hidup dibebani hutang, tertekan, tidak merasa aman dan damai, hati tidak tenang yang mungkin juga akan menyebabkan kehidupan porak peranda.

Keutamaan Memberi Tangguh Atau Membebaskan Orang Yang Kesusahan

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memberi tangguh kepada orang yang kesusahan (membayar utang) atau membebaskannya, maka Allah akan menaunginya dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari (Kiamat) yang tidak ada naungan selain naungan (Arsy)-Nya”.
HR Ahmad (2/359) dan at-Tirmidzi (3/599), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.

Hadis ini menunjukkan keutamaan besar memberi tangguh bagi orang yang memiliki hutang dan kesulitan melunaskan hutangnya, ianya lebih utama lagi membebaskan pembayaran hutang tersebut atau sebahagiannya.

Inilah yang diperintahkan dalam firman Allah :
“Dan jika (orang yang berhutang kepadamu itu) dalam kesusahan, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” (QS al-Baqarah :280).

Dari Buraidah bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memberi tangguh kepada orang yang kesusahan (membayar utang) sebelum tiba waktu (pembayaran) utang, maka orang yang memberi tangguh itu mendapatkan (pahala) bersedekah setiap hari seperti (sejumlah) utang tersebut. Dan ketika tiba waktu (pembayaran) utang tersebut lalu dia memberi tangguh, maka maka orang itu mendapatkan (pahala) bersedekah setiap hari seperti dua kali (jumlah) utang tersebut”.
HR Ahmad (2/360) dan lain-lain, dinyatakan shahih Syaikh al-Albani dalam kiatb “ash-Shahiihah” (no. 86).

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Ada seorang laki-laki (dari Bani Israil) yang selalu memberi utang kepada orang lain, dan dia berkata kepada pembantunya: “Jika kamu datang (menagih utang) kepada seorang yang kesusahan maka bebaskanlah dia (dari utangnya), semoga (dengan itu) Allah akan membebaskan (mengampuni dosa-dosa) kita”. Kemudian dia (mati dan) bertemu Allah maka Allah mengampuni (dosa-dosa)nya”.
HSR al-Bukhari (no. 1972 dan 3293) dan Muslim (no. 1562).

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat”.
HSR Muslim (no. 2699).

Menangguhkan hutang, bagi yang sulit membayar hutang tersebut adalah suatu perkara yang dituntut dan percayalah, orang yang memberi hutang akan merasa satu nikmat kedamaian dan ketenangan di jiwa walaupun kadang-kadang teringat-ingat kenapa yang meminjam tidak membayar hutang seperti yang dijanjikan. Maka yang memberi hutang, bersabarlah dan yakinlah bahawa Allah lah Yang Maha Memberi Rezeki dan akan beri rezeki dari tempat yang tidak  kita sangka-sangka.

Bagi yang meminjam, perlulah tahu adab meminjam. Sungguh! hati tidak akan tenang sehingga hutang tersebut habis dan selesai dilangsaikan. Kalau zahirnya nampak bahagia, di dalam hati berkocak-kocak jiwa gelisah kerana ada hutang yang belum dilangsaikan.

Rasulullah SAW juga bersabda; “Dan barangsiapa yang berhutang, kemudian ia berniat tidak akan membayar hutangnya, lalu ia mati, maka Allah akan bertanya di hari kiamat:"Apakah kamu mengira bahawa aku tidak akan menuntut hak hambaku? Maka diambillah amal kebaikan orang itu, dan diberikan pada orang yang memberi hutang, dan jika tidak mempunyai amal kebaikan, maka dosa-dosa orang yang memberi hutang itu, diberikan pada orang-orang yang berhutang.”

Allahu Ta'ala A'lam
Allahul Musta'aan
Semoga Allah swt menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang merdeka dari hutang.

No comments: