12 October 2009

La Tahzan: Biarkan Masa Depan Datang Sendiri...

Salam...
Malam nie, saya teruskan pembacaan buka La Tahzan...
Sub-topik ini menarik perhatian saya - Biarkan masa depan datang sendiri -
hidup itu benar dan mati itu benar

semalam adalah sejarah, usah kita menyesal dengan masa-masa yang telah dibazirkan dan disia-siakan...
hari ini adalah belum tentu lagi milik kita, hanya saat dan ketika ini milik kita , maka penuhkan saat dan ketika ini dengan sebaik-baik yang mungkin...
esok adalah misteri kerana kita tidak akan dan tidak mungkin akan mengetahui perancangan Allah bagi kita keesokan harinya...

merugilah bagi kita yang berbangga dengan apa yang kita ada saat ini - keluarga, suami/isteri, anak-anak, harta kekayaan, jawatan tinggi dan sebagainya kerana bila-bila masa Allah SWT menghendaki akan mengambil semuanya dari kita...
merugi jugalah kita yang tenggelam dengan indahnya dunia...sehingga lupa bahawa seluruh jiwa dan raga kita ini...jasad dan jiwa merupakan pinjaman semata-mata

kadang-kadang antara kita ada yang lebih cenderung percaya kepada horoskop...ada juga yang tidak percaya, cuma membaca sekadar hiburan sahaja, tetapi sampai bila cuma membaca tanpa percaya kerana bila keadaan yang disebutkan di dalam ramalan itu berlaku, sedikit sebanyak akan membuahkan kepercayaan kepada tilikan tersebut...doa saya, agar tidak terjerumus di dalam ramalan2 palsu yang boleh menyebabkan kita
syirik menduakan Allah SWT...Na'udzubillah!

penulis juga menyarankan kita agar mengelakkan angan-angan yang terlalu jauh...sehingga menenggelamkan kita di dalam angan dan mimpi yang tak berkesudahan...Biarkan hari esoknya datang dengan sendirinya, kerana barangkali esok mungkin tidak ada lagi bagi kita!

Wallahua'lam...
====================================================================
{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.} - (QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak?

Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.
Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya?

Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum 8 sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan.

Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krmjekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah setan".


{Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.}
- (QS. Al-Baqarah: 268)


Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang
lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.
Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

No comments: