29 October 2015

Menjangkau 40

Seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun, waktunya seperti sudah masuk asar, dimana teriknya matahari sudah berkurang, matahari sudah akan terbenam, ibarat bila  menjemur pakaian tidak akan kering, sudah senja dan sesaat lagi akan masuk waktu maghrib. Dikala maghrib, segalanya kelam hanya bulan dan bintang sahaja yang menerangi awan. Itupun sekiranya tidak diliputi awan. Berhati-hati dengan usia 40tahun keatas.

ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala  berfirman :

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan usianya mencapai empat puluh tahun, ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang ENGKAU redhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang2 yang berserah diri.”” (Al-Qur’an, Surat Al-Ahqaf, ayat 15).

Disaat saya membaca ayat ini, terasa nadi-nadi bergerak-gerak memberi isyarat bahawa masamu menghadapi kematian akan tiba. Allahu Allahu Allahu...

Menurut para ahli ilmu tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat di atas ini, karena pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupan yang baik, baik dari segi fizik, fikiran, perasaan, karya, maupun dari segi agamanya. Orang yang berusia 40 tahun benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan beralih ke usia dewasa. Apa yang dialami pada usia 40 tahun sifatnya stabil, mantap dan kukuh dalam pendirian dan perilakunya. Pendirian dan perilaku ini akan menjadi ukuran manusia pada usia-usia berikutnya.

Oleh karena itu tidaklah hairan jika para Nabi diutus untuk berda’wah pada usia 40 tahun. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka.

Al-Qur’an  surat Al-Ahqaf ayat 15 di atas mengisyaratkan bagi kita bahwa, saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada ALLAH juga kepada orang tuanya. Ia memohon kepada-NYA, agar diberi hidayah, taufik, dibantu, dan dikuatkan agar bisa menegakkan rasa syukur ini. Karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan kehendak dan izin-NYA, sehingga ia meminta hal itu kepada-NYA.

Ini sebagaimana doa yang diajarkan Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam  kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘Anhu, “Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, Janganlah engkau tinggalkan untuk membaca sesudah shalat :

اللَّهُمَّ  أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِك وَشُكْرِك  وَحُسْنِ عِبَادَتِك

“Ya ALLAH, bantulah aku untuk berdzikir, bersyukur, dan memperbaiki ibadah kepada-MU.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai dengan sanad yang kuat).

Kerana sesungguhnya seorang hamba pasti sangat perlukan kepada pertolongan Rabb-nya  dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan sabar atas ketetapan-ketetapan takdir-NYA. (Dinukil dari Subulus Salam, Imam al-Shan’ani).

Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata, “bahwa jika seseorang sudah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya.” (Lihat al-Thabaqat al-Kubra VI/277).

Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan dengan memakai tongkat. Jika ditanya kenapa? Jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi ALLAH, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya yang masih melekat dalam sangkar. Keadaanku sekarang seperti itu juga.“

Sebenarnya bersyukur itu sepanjang umur. Dan dikhususkan pada usia 40 tahun ini karena pada saat usia ini seseorang benar-benar harus sudah mengetahui segala nikmat ALLAH yang ada padanya dan pada orang tuanya, lalu ia mensyukurinya.

Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya berkata, “ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala menyebutkan orang yang sudah mencapai usia 40 tahun, maka sesungguhnya telah tiba baginya untuk mengetahui nikmat ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala  yang ada padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya.“

Sesungguhnya hakikat syukur itu mencakupi tiga komponen; hati, lisan, dan anggota badan. Hati dengan mengakui bahwa semua nikmat itu berasal dari pemberian ALLAH. Sedangkan lisan dengan menyebut-nyebut dan menyandarkan nikmat itu kepada-NYA serta memuji-NYA. Sementara anggota badan adalah dengan menggunakan nikmat itu untuk taat kepada-NYA, yakni untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-NYA. Oleh karena itu pada ayat di atas disebutkan, “Dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang ENGKAU redhai.“

Di usia 40tahun ini, Alhamdulillah masih mencapai umur tersebut. Ada sahabat-sahabat yang telah pergi menemui Allah swt dalam usia yang lebih muda. Selamat lah mereka dari fitnah dunya yang berterusan hebatnya. Al-Fatihah.

Bagi yang masih hidup, usia 40tahun dan ke atas perlu berhati-hati dengan diri kita. Sentiasa muhasabah diri, mempertingkatkan amal dan ibadah secara terang dan diam-diam itulah yang lebih baik.

Usia 40 tahun, imunisasi dan kekuatan badan semakin menyusut. Perlu berhati-hati dengan kesihatan dan pemakanan. Segalanya perlu dijaga. Bagi yang sendiri, susah nya menanggung sakit sendiri hanya sendiri yang tahu. Segalanya perlu dijaga sendiri kerna tiada siapa2 yang mahu menjaga kita.

Marilah kita perbanyakkan amal. Kita tidak tahu bila Allah swt akan mencabut nyawa kita dikala tidur, dikala sujud, dikala makan, dikala kerja dan bila-bila masa yang tidak kita ketahui.

Semoga Allah swt redha kita sebagai hambaNya. Semoga Allah swt mengampuni dosa-dosa kita, dosa-dosa kedua ibu bapa kita, muslimiin dan muslimaat. Ya Allah, semoga akhir hayat ku tidak menyusahkan yang hidup dan hayatku sehingga mati tidak ditimpa kesakitan yang menyusahkan orang lain. Matikanlah kami dalam Iiman dan Islam, dalam husnul khaatimah. Aameeen ya Rabbal 'Aalamiiin.

Sumber dari internet dan resepsi hati sendiri.

No comments: